Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu perubahan segi fisik, kimia ataupun biologi (Dariah dkk., 2004). Perubahan-perubahan ini terutama terjadi karena pengaruh berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia. Kerusakan tubuh tanah mengakibatkan berlangsungnya perubahan-perubahan yang berlebihan misalnya kerusakan dengan lenyapnya lapisan olah tanah yang dikenal dengan istilah erosi tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Daerah yang paling banyak mengalami erosi umumnya terbatas pada daerah di antara 40o Lintang Utara dan 40o Lintang Selatan (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985). Keadaan iklim menentukan kecenderungan terjadinya erosi yang mencerminkan keadaan pola hujan. Selain pola hujan, jenis, dan pertumbuhan vegetasi serta jenis tanah juga mempengaruhi erosi di daerah tropis (Arsyad, 1989). Dalam buku yang sama, Arsyad (1989) juga mengatakan bahwa hujan merupakan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap erosi di Indonesia, dalam hal ini besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan erosi.
Curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian longsor dan erosi (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002). Air hujan yang menjadi air limpasan permukaan adalah unsur utama penyebab terjadinya erosi. Hujan dengan curahan dan intensitas yang tinggi, misalnya 50 mm dalam waktu singkat (<1 jam), lebih berpotensi menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam waktu yang lebih lama (>1 jam). Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi. Curah hujan tahunan >2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi, apalagi di wilayah pegunungan yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah.
Berdasarkan penelitian Dariah, et al (2004) di Dusun Tepus dan Laksana, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat pada areal perkebunan kopi, menunjukkan bahwa curah hujan berpengaruh pada ringkat erosi tanah di mana saat curah hujan tinggi tingkat erosi yang terjadi juga tinggi (Gambar 1).
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Dariah. A., F. Agus., S. Arsyad., Sudarsono., dan Maswar. 2004. Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya Lampung Barat. Jurnal Agrivita. Vol 26. No. 1, p 54-61.
Kartasapoetra, A.G, dan M.M. Sutedjo. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Sutedjo, M.M., dan A.G Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit Bineka Cipta. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar